Jumat, 12 Desember 2008

Jumat, 28 November 2008

SAHABAT

Tahun berganti tahun,Bulan Berganti Bulan,Minggu berganti minGgu,Hari Berganti Hari,begitulah alur waktu yang takkan pernah kita dapat cegah walaupun hanya sesaat saja.teruntai kata dari lisan ini yang penuh dosa ini, saya atas nama pribadi ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada semua temen-temen yang telah menjadi bagian dari puzzle kehidupan saya sehingga mampu menutupi kekurangan yang saya miliki dengan kelebihan yang hanya di miliki oleh seorang sahabat.sengaja saya tuliskan sedikit tulisan yang ingin saya sampaikan khususnya sahabat-sahabat saya semasa saya mengenakan seragam abu putih,rasanya ingin sekali membalas kebaikan yang telah sahabat berikan tanpa pernah meminta apapun,temen-temen aku ingin selalu menjadi bgian dari kehidupan yang sama-sama telah kita lalui bersama-sama,biarlah jarak saja yang memisahkan tali persahabatan kita selama ikatan persahabatan yang telah kita tanam takkan aku biarkan kusut apalagi harus terputus karena suatu hal yang tak perlu.biar badan ini yang merasakan betapa ketika kehilangan atau harus berpisah dengan sahabat yang telah menjadi satu bersama bagian tubuh ini.sahabat kini jarak telah memisahkan kita jangan engkau pisahkan aku dengan hati-hati yang telah berpautan menjadi satu ini.kini aku telah mengetahui arti sahabat yang sesungguhnya yang takkan pernah terlahir kebumi untuk kesekian kalinya,orang bilang matahari lebih indah kaena mampu memberi kehangatan dan menerangi seluruh permukaan bumi tapi tidak bagi diriku,Orang bilang bulan lebih indah,karena mampu menyinari di kehidupan malam,tapi tidak bagi diriku,Orang bilang Bintang lebih indah dari yang lainnya karena sinarnya mampu mencerahkan suasana malam nan hening ,tapi tidak juga bagi diriku,yang paling indah dari ketiganya ialah bumi,mengapa bumi?”Karena di Bumilah terlahir seorang Sahabat yang akan memberikan Kehangatan seperti matahari, dan menyinari semua perasaan yang kita rasakan seperti bulan,serta mencerahkan suasana pada hati kita seperti bintang.jadi Mohon Sahabatku jangan pernah kau menjauh dari hidupku,jaga terus persahabatan yang telah kita pupuk dari awal hingga nanti berbuah untuk kebahagiaan

Jumat, 14 November 2008

SEBUAH PILIHAN

Siapa diantara kita yang belum pernah memilih? Kalau bisa dibilang hampir dari seluruh hidup kita adalah sebuah pilihan. Coba kita perhatikan dari kita bangun tidur dan saat pertama kali membuka mata. Di sana kita sudah dihadapkan pada pilihan. Mau bangun dan beraktifitas atau meneruskan tidur karena masih ngantuk? Masing-masing dari pilihan itu mengandung konsekuensi-kensekuensi khusus. Kalau kita memilih untuk bangun, kita harus melawan kantuk dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk kerja. Kalau memilih tidur lagi kita akan kehilangan kesempatan aktifitas kerja. Apa pilihan kita?
Setelah kita memilih bangun tidur, apakah pilihan itu berhenti sampai disana? Tentu saja tidak. Kita harus memilih akan makan di rumah atau dikantor. Akan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Sampai di kantorpun pilihan tetap ada. Saat makan siang akan makan di luar bersama teman atau sendiri. Akan pulang cepat karena janji degan seseorang atau menyelesaikan pekerjaan dulu. Semua dari pilihan kita mengandung akibatnya sendiri.
Sampai akhirnya pilihan itu datang kepada pekerjaan, usaha ataupun kehidupan untuk berkeluarga. Memilih sebuah pekerjaan, usaha atau kehidupan berkeluarga akan terasa sulit untuk kita tentukan. Apalagi memilih pekerjaan yang cocok, usaha yang cocok, jodoh yang cocok. Aduh, bagaimana caranya supaya saya sukses dengan pilihan saya?
Kita akan merasa asing dengan pilihan kalau kita tidak mau belajar dari pengalaman sehari-hari kita. Kita merasa selama ini belum pernah memilih dan tiba-tiba kita dihadapkan dalam pilihan untuk memilih usaha atau pekerjaan. Saat itu kita akan bingung bagaimana caranya menentukan pilihan.
Sampai akhirnya pilihan itu datang kepada pekerjaan, usaha ataupun kehidupan untuk berkeluarga. Memilih sebuah pekerjaan, usaha atau kehidupan berkeluarga akan terasa sulit untuk kita tentukan. Apalagi memilih pekerjaan yang cocok, usaha yang cocok, jodoh yang cocok. Aduh, bagaimana caranya supaya saya sukses dengan pilihan saya?
Perhatikanlah potensi diri anda, itu adalah hal yang harus kita ingat dalam menentukan pilihan.
Galilah potensi anda terlebih dahulu. Setelah potensi anda muncul, carilah keunikan dari potensi itu. Munculkan sesuatu yang orang lain belum pernah melakukannya. Apabila hal itu anda perhatikan dan memenuhi syarat dalam daftar pilihan anda, pilihlah dan terima kesempatan itu!!
Ada orang yang telah menyadari tentang potensinya. Ia juga telah merencanakan suatu usaha yang belum dibuat oleh orang lain. Tetapi ia tidak melakukannya saat kesempatan itu datang. Ia masih menunggu sesuatu yang dirinya sendiri juga tidak tahu, apa yang ia tunggu. Ternyata ia takut untuk memilih pilihannya itu. Ia tidak yakin dengan potensinya. Akhirnya ia kehilangan kesempatan emas yang terhampar di hadapannya.
Jangan menunda sebuah kesempatan
Ambilah ia, atau ia akan berlalu.
Kesempatan tidak akan datang untuk yang kedua kalinya.
Tentukan pilihan saat ia datang kepada anda. Dalam sebuah pilihan, Tuhan sedang membuka kesempatan untuk anda. Tuhan dengan tangan-tangan kasihNya selalu memberi pilihan kepada kita untuk menjadi lebih bermanfaat. Anda mungkin takut gagal?
Manusia yang belum pernah mengalami kegagalan,
Tidak akan pernah mengalami kesuksesan
(Kahlil Gibran)
Apabil anda takut melakukan kesalahan, artinya anda tidak pernah melakukan sesuatu yang baru. Yang terpenting adalah sadari tentang diri kita sendiri. Sadari potensi kita dan temukan keunikan di dalamnya. Setelah itu tentukan pilihan yang bermanfaat bagi kita. Apabila pada saat pertama kali anda melangkah dalam pilihan baru itu dan gagal, wajar bukan? Bayangkanlah bahwa anda sedang berjalan di suatu daerah yang asing dan gelap. Daerah yang sebelumnya belum pernah anda kunjungi. Tentunya saat itu anda belum tahu tentang jalan yang jelek dan jalan yang bagus, jalan yang mulus dan jalan yang berlubang.
Anda tersandung dan anda jatuh di daerah baru itu adalah hal yang wajar. Anda justru bisa belajar banyak dari hal itu. Dengan pengalaman itu anda akan semakin mengenal daerah itu. Yang penting jangan pernah berjalan mundur. Tentukan pilihan kita untuk kemajuan kita, bukan kemunduran kita.

Sudah saatnya anda memilih dengan penuh kesadaran tentang potensi anda dan kunikan anda. Apabila saat ini anda belum menggali potensi anda, belum menemukan potensi anda, mungkin pilihannya adalah memunculkan potensi itu sekarang juga. Hadapi tantangan hidup, jangan lari dari kehidupan! Ketika potensi itu muncul dan anda siap menentukan pilihan, jangan takut!! Anda akan siap merubah hambatan menjadi harapan!!
Setelah anda mengambil keputusan dalam memilih,
Lupakanlah semua rasa takut.
Orang yang tidak berani menghadapi rasa takut akan selalu
Melarikan diri darinya.
(George S.Patton)

Minggu, 09 November 2008

DALAM MUNAJATKU

Ya Allah..! Aku tidak melewati malam Jika tangan ketundukan telah terpatri bersujud, bersimpuh dikeharibaan Agung-Mu Mengharap kasih yang tiada bertepi Mengais ridha yang luas dan tak berbatas Menuju-Mu, meluahkan segala ronak kealfaan dan nodanoda dosa Kumohon tangan-Mu meraih taubatku

Ya Allah..!
Aku tidak membiarkan malam berlalu sunyi Bila hati telah khusyu` merasakan manis cinta-Mu Malammalamku terasa ringkas kuhabiskan dengan cucuran airmata taubatku Kau tak pernah lupa memelukku Dalam dekapan karunia yang tak berpenghujung Samudra ampunan-Mu maha luas

Ya Allah..!
Selangkah kumenujumu, seribu langkah Engkau datang Berjalan kumenghampiri, berlari EngKau membalas berlari kumengejarmu-Mu, Engkau amat sangat dekat padaku Lebih dekat dari pikiranku Engkau menjelma dalam bentuk semangat cita cita, ungkapan dan prilaku Engkau maha menggenggam segala yang hidup

Tuhanku..!
Cinta-Mu penghujung pengembaraan ini Kabulkan penggalan episode hidup adalah menuju-Mu Bukankah puncak dari sebuah kehidupan adalah meraih cinta-Mu?
Jadikan hidupku untuk-Mu

Ya Allah..!
Ranting yang patahpun tak lepas dari pengawasan-Mu Angin bertiup tanda tasbih seorang makhluk yang patuh Dedaunan yang jatuh dimusim gugur mengucap syukur Alasan apa bagiku untuk tidak menyebut asma-Mu?

Desah nafas, detak jantung yang memompa darah kesetiap pembulunya nama-Mu tak pernah lepas dari Dzikirku Ia selalu hadir, dengan-Mu hati ini terasa tenang

Ya Allah..!
Kujadikan shalat dan sabar sebagai penolong bagiku Bimbing hamba menuju jalan-Mu Jalan yang Kau anugerahkan nikmat pada mereka, bukan (jalan) orang yang Kau Murka dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Amien.

Shubra, 24 April 2007

KEGELISAHANKU

Setiap aku bangun pagi hari setiap Senin, aku selalu berada dalam kegelisahan. Dalam benakku selalu timbul pikiran, apa yang bisa kukerjakan hari ini, yang bermanfaat dan menghasilkan bagi diriku, bisakah setiap detik yang akan kulalui bermanfaat dan bernilai ibadah disisi Rabbku? Aku hanya bisa berucap Laahhaulawala quwwata illa billah hill’aliyyil’azim.

Telah hampir 9 bulan ini aku jadi pengacara (pengangguran gak banyak acara). Aku keluar dari kerjaan sebelumnya setelah bulan-bulan terkahir aku merasa tidak betah lagi dengan suasana kantor, membawaku ke arah pribadi yang tidak lebih baik dari sebelumnya. Setelah itu hampir setiap minggu aku mulai lagi mengirimkan lamaran-lamaran kerja.

Dua-tiga bulan pertama aku merasakan bosan, jenuh karena tidak ada kegiatan, banyak tidur. Selama aku tidak bekerja ini, aku dibiayai oleh abang, ini sangat kusyukuri karena aku tidak perlu lagi membebani kedua orang tuaku dengan kondisiku.

Tidak ada satupun dari lamaran yang kukirimkan memanggilku untuk tes apakah interviw ataupun tertulis. Aku mencoba bersabar dan tetap mengirimkan lamaran. Di dalam hati setiap kali menuliskan lamaran aku mulai berpikir, kenapa belum ada panggilan, apakah karena usiaku yang memang telah lewat dari 27 tahun? Aku sedih, kecewa, keputusaan, stres, tidak berguna.

Aku merasakan berada pada titik terendah dalam kehidupanku. Pada saat itulah aku teringat abang, sahabat-sahabatku dan orang-orang yang sedang bekerja pada detik tersebut. Mereka berjuang untuk menghidupi diri sendiri dan juga untuk keluarganya sehingga pada saatnya nanti Allah meminta pertanggungjawaban terhadap usia mereka dan dihabiskan untuk apa saja, mereka telah mempunyai jawabannya dan Insya Allah bernilai ibadah disisiNya, sementara aku? Aku tersentak, bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan semua waktuku?

Ya Allah yang Maha Mengetahui, selama ini waktuku banyak terbuang begitu saja, jika sedih, stres aku terbiasa larut dengan tidur sebanyak yang aku mau. Aku berada dalam ketakutan terhadap pertanggungjawaban dan timbangan amalku kelak. Alangkah beruntungnya mereka yang bekerja, begitulah pikirku. Aku mulai berdoa agar setiap detik yang kulewatkan bermakna dan bernilai ibadah disisi Allah.

Pikiran dan sangkaanku juga kuubah, yang tadinya setiap menuliskan lamaran aku berpikir apakah masih ada lowongan buatku sesuai kemampuanku, masih maukah perusahaan menerima orang yang di atas 27 tahun dan sebagainya, aku ubah menjadi Allah akan memberikanku pekerjaan sesuai yang kuinginkan.

Allah melihatku dan tidak akan menyia-nyiakan kerja keras hambaNya. Dan tidak gelisah lagi... karena kupercayakan setiap langkahku, setiap yang akan kulakukan pada Allah untuk menuntunku..Kupasrahkan padaNya. Ya Allah, jangan pernah tinggalkan aku, walau aku dalam kondisi apapun. Ammiin..

BILA WAKTU TELAH MEMANGGIL

Bila waktu telah memanggil

Teman sejati hanyalah amal

Bila waktu telah terhenti

Teman sejati hanyalah sepi

Sekiranya seperti itulah syair lagu religi yang diciptakan sekaligus dinyanyikan oleh Opick. Lagu yang mampu membuat bulu kuduk saya ikut merinding mendengarnya demi menghayati setiap untaian kata-katanya. Walau begitu saya tidak jera untuk me-replay MP3 yang sering saya dengar di sela-sela aktivitas sehari-hari.

Sesungguhnya tidak ada didunia ini yang paling saya resahkan selain “Kematian”. Ketika kematian pasti akan terjadi pada semua makhluk-Nya yang hidup. Kematian yang selalu menyimpan begitu banyak misteri yang sangat sulit ditembus dengan akal manusia yang sangat terbatas ini.

Dulu saya termasuk orang yang sangat tidak peduli dengan kematian. Saya berpikir kematian itu hal yang lumrah saja dan tidak perlu dipusingkan karena pasti menimpa siapa saja yang hidup. Sampai akhirnya.. Innalillahi wa innalillahi roji'un.. saya harus kehilangan seorang ayah tercinta (semoga almarhum diampuni semua dosa-dosanya). Allah Subhana wata'ala masih berkenan mengingatkan saya melalui perpisahan itu. Hati saya sedih karena perpisahan itu harus saya alami tanpa diberi kesempatan untuk bertemu yang terakhir kalinya, karena waktu itu saya masih harus tinggal di Hong Kong.

Tepat dibulan Ramadhan tahun 2006 ayah berpulang, meninggalkan kami semua. Pukulan yang cukup membuat saya tersadar akan arti kehidupan dan kematian. Begitu kehilangan dan merasa sangat berdosa karena sebagai anaknya saya merasa belum pernah mampu membahagiakannya apalagi membalas jasa-jasa beliau semasa hidupnya.

Belum lama saya harus belajar menerima kehilangan ayah, kembali saya harus mendapatkan kabar meninggalnya seorang teman saya yang belum lama bekerja di Taiwan, disinyalir kematiannya itu karena sakit yang dideritanya semenjak di Indonesia. Dia seorang teman yang saya kenal saat masih sama-sama bekerja di Hong Kong. Tidak terlalu dekat namun sempat akrab beberapa saat menjelang kepulangannya ke Indonesia dulu sampai akhirnya dia mendaftarkan diri untuk mencoba peruntungannya di negeri Taiwan itu. Cita-citanya untuk berikhtiar agar bisa merubah hidupnya harus kandas karena ajal tidak bisa ditunda untuk segera menjemputnya.

Melalui kejadian itu semua, saya mulai tergugah untuk lmulai membaca-baca buku pengetahuan tentang kehidupan setelah kematian. Saya mulai mencari-cari buku yang bisa membantu saya meredakan rasa penasaran saya tentang apa sebenarnya yang terjadi setelah kematian menimpa, setelah nafas terhenti dan jantung tak berfungsi lagi. Ketika jasad mulai ditimbun dengan tanah, lantas jasad itu benar-benar sendiri dan hanya berteman dengan amalan-amalan semasa hidupnya. Sering pula saya ketakutan membayangkan bila hal serupa menimpa saya padahal saya merasa belum siapkan diri dengan amalan yang ada. Namun semua adalah kuasa-Nya. Tidak ada daya kita untuk menolaknya.

Kini saya semakin menyadari cinta Allah Subhana wata’ala kepada saya, sampai detik ini masih diberikan kesempatan untuk terus memperbaiki diri dari semua dosa yang pernah saya lakukan. Sampai detik ini diberi-Nya kemudahan untuk terus bermunajad memohon ampunan dan syawal ini, semoga dosa-dosa terampuni dan kembali menjadi hamba yang fitrah . Amin amin ya rabbal ‘alamin..

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." (Q.S.AL MUNAAFIQUUN (ORANG-ORANG MUNAFIK) ayat 11)

Sabtu, 25 Oktober 2008

INDAHNYA BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Jika sesorang melihat apa yang telah dialami sang ibu dan segala penderitaannnya sewaktu ia mengandung anaknya hingga melahirkannya, tak diragukan lagi bahwasannya semua jerih payah kedua orang tua itu menuntut sang anak agar berbakti kepada mereka berdua. Sang anak wajib menghormati, menjalin ikatan dan memuliakan orangtuanya.
Tak terlukiskan lagi betapa kesulitan dan kepayahan yang telah dirasakannya selama mendidik anaknya dan memerlihara serta mengurus segala kebutuhannya semasa ia masih kecil. Demikian pula tak ternilai betapa kasih sayang sang ibu yang tulus jika sang anak telah dewasa. Tak kalah pula peranan sang ayah di dalam jerih payahnya mencari nafkah, karena mengemban kewajiban memelihara dan mengasuh serta memberi nafkah dan membiayai pendidikan anaknya.

Kedua orang tua sudah bersusah payah membesarkannya, mendidik dengan nilai-nilai Islam agar menjadi anak yang sholeh, memelihara kesehatan anaknya, memberi makan dan minum serta menjaganya siang dan malam, di saat sehat maupun sakit. Bahkan tak jarang orang tua harus mengesampingkan kebutuhannya demi memenuhi kebutuhan sang anak. Dalam hal ini Al-Qur’an telah mengisyaratkan tentang kesukaran dan penderitanan ibu dan bapak di dalam mengasuh anaknya. Untuk itu Allah swt. Berfirman: „.Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya (pula) dengan susah payah…"(Qs. Al-Ahqaf : 46-15)

Betapa beratnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan membesarkan seorang anak hingga tumbuh dewasa, Dan tidaklah mudah membesarkan seorang anak sehingga ia bisa menjadi hamba Allah yang taat, sholeh dan patuh atas segala perintah Allah swt. Anak seperti inilah yang merupakan dambaan setiap orang tua. Karena selain sebagai perhiasan kehidupan dunia, anak yang sholeh juga merupakan perisai bagi kedua orang tuanya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Seorang penyair yang bijaksana mengatakan : "Karunia Allah atas hamba-hamba(Nya) sangat banyak. Dan yang paling agung ialah anak-anak yang mulia, mereka adalah perisai orangtua di dunia dan akhirat".

Kewajiban berbakti kepada kedua orangtua
Allah swt memintakan perhatian yang sangat terhadap hak kedua orangtua, sehingga perintah memuliakan itu ditempatkan dalam urutan langsung setelah perintah beribadah kepada Allah dan mengesakan-Nya. Diungkapkan dalam firman-Nya: „Beribadahlah kepada Allah dan jangalah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah terhadap ibu Bapak. (An-Nisa : 36).
Dalam hadits lain disebutkan ,Abdullah ibnu Mas’ud ra berkata: „Aku bertanya kepada Rasulullah saw. : "Amal perbuatan apakah yang paling disukai Allah ?" Rasulullah saw. Menjawab : "Shalat pada waktunya". Aku bertanya kembali "Kemudian apa lagi ? :"Berbaktilah pada kedua orang tua „. Aku bertanya lagi :"Kemudian apa lagi ? Rasulullah saw. Menjawab : "Berjihadlah di jalan Allah". (HR. Imam Bukhari ).

Kewajiban berbuat baik kepada orangtua termasuk menunaikan hak orang tua dan (kewajiban terhadap) mereka berdua, tetap mentaati keduanya dalam rangka taat kepada Allah swt, melakukan hal-hal yang membuat mereka berdua senang dan menjauhi berbuat buruk terhadap mereka.

Rasulullah saw. Telah bersabda : „Ingatlah akan kuberitahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar (diulang-ulang hingga tiga kali), yaitu menyekutkan Allah dan menyakiti kedua orang tua „(AlHadits).

Sekali-kali Allah tak akan suka terhadap anak yang membuat murka orangtuanya. Karena sesungguhnya murka orangtua adalah murka Allah juga. Dan barang siapa membuat Allah murka (karena membuat kemarahan orang tua), maka dia akan merugi dunia akhirat.

Beberapa perbuatan-perbuatan yang termasuk menyakiti Ibu dan Ayah antara lain membuat Orang tua Susah atau mencaci maki Ibu dan Ayah. Berbakti terhadap kedua orang tua merupakan suatu ketetapan, yang harus dilakukan selagi tidak menyangkut hal-hal yang mengharamkan barang yang halal atau menghalalkan barang yang haram. Karena sesungguhnya ketaatan terhadap makhluk itu tidak diperbolehkan apabila menyangkut masalah durhaka terhadap Sang Maha Pencipta. " Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah pada-Ku dan ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku lah tempat kembalimu." „Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang itu, janganlah kamu ikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali pada-Ku, kemudian hanya kepadaKu lah kembalimu, maka akan Kuberitakan padamu apa yang telah kamu perbuat." (Luqman 14-15).

Pahala berbakti tidak terputus dengan matinya kedua Orangtua. Dalam suatu hadits dikatakan : „Tatkala kami sedang duduk di hadapan Rasulullah saw. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan Bani Salamah- Lelaki itu bertanya:"Wahai Rasulullah, apakah baktiku terhadap kedua orangtuaku masih tetap ada (pahalanya), jika kulakukan sesuatu sebagai baktiku terhadap mereka berdua sesudah mereka tiada ?". Rasulullah menjawab :"Ya, masih ada, yaitu mendo’akan dan memohonkan ampunan untuk mereka; menunaikan pesan-pesannya, dan mengadakan silaturrahmi kepada orang-orang yang selalu dihubungi oleh kedua orang tuanya, serta memuliakan kawan-kawan dekat mereka. (HR. Abu Daud, Ibnu Mjah).

Berlaku lemah lembut terhadap kedua orang tua
Betapa besar kewajiban anak terhadap orang tua, sampai-sampai anak pun dilarang berpaling sedikit pun dari perintah orang tua, walaupun berkata ‘ah’.
Allah swt berfirman : ‘’Maka jangalah kamu katakan pada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkanlah pada mereka perkatan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap keduannya serta berdo’alah: ‘’ Wahai Robbku, kasihinilah kedua orang tuaku sebagaimana keduanya mengasihi aku diwaktu kecil". (Al Israa 23-24).

Termasuk juga dalam cara berbicara terhadap orang tua anak harus memperhatikan sopan santun.

Allah swt telah berfirman : „Dan ucapkanlah kepada mereka berdua perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan." (17:23-24).

Apakah yang dimaksud dengan „perkataan yang mulia dalam ayat diatas" ? Sa’id ibnul Musayyab menjawab: „Bagaikan bicaranya hamba sahaya yang berbuat kekeliruan, tehadap tuannya yang galak. Terlebih-lebih bila kita mempunyai orangtua yang sudah berumur, yang mana dituntut kesabaran dan ketelatenan tinggi dalam mengurus mereka.

Do’a untuk ayah dan Ibu
Sehubungan dengan kewajiban mendo’akan ibu dan ayah, Allah swt. Telah berfirman : „dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kalian jangan beribadah selian kepada dia dan hendaklah kalian berbuat baik pada ibu dan Ayah kalian dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-keduanya sampai berumur lanjut jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua denga penuh kesayangan dan ucapkanlah:"ya Rabbi, kasihinilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah menyantuni aku waktu kecil". (QS 17:23-24).
Perintah yang terkandung di dalam makna ayat ini menunjukkan wajib. Oleh karena itu anak harus mendo’akan untuk kedua orang tuanya agar mereka diberi rahmat oleh Allah. Sahabat Rasulullah bernama Sufya ra pernah ditanya seseorang: „Berapa kalikah do’a yang harus dipanjatkan pleh seseorang untuk kedua orang tuanya dalam sehari, atau satu bulan atau satu tahun ?" Sufya ra menjawab :"Kami kira cukuplah seandainya ia mendo’akan kedua orang tuanya pada akhir tahiyyat shalatnya."

Bentuk-bentuk Memuliakan Ibu dan Ayah
Di antara bentuk-bentuk yang luhur tentang berbakti pada kedua orangtua, ialah sebagaimana yang telah diceritakan oleh Al-Qur'an mengenai Nabi Ismail, yaitu tatkala ayahnya, Nabi Ibrahim berbicara kepadanya tentang perintah menyembelih dirinya : "...Ibrahim berkata : "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahya aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah, apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Nabi Ismail menyerahkan dirinya secara suka rela untuk disembelih oleh ayahnya; akan tetapi Allah swt. memuliakannya dan bahkan menggantikannya dengan seekor domba yang besar, seperti yang diceritakan oleh ayat berikut ini: "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (Qs. 37-107).
Dan kisah lainnya yang menceritakan, bahwa pada suatu hari khalifah 'Umar ra. kedatangan seorang lelaki. Lelaki itu berkata kepada sang khalifah: "Sesungguhnya aku mengurusi ibuku sebagaimana ia mengurusiku semasa aku masih kecil. Apakah dengan demikian berarti saya telah menunaikan kewajibanku terhadapnya ?". Khalifah 'Umar ra. menjawab: "Tidak". Lelaki itu kembali bertanya: "Mengapa demikian". Khalifah 'Umar ra. menjawab: "Sesungguhnya ibumu mengurusi dirimu dengan harapan agar engkau hidup, sedangkan engkau negurusi dia dan engkau mengharapkan kematiannya.

Dari kisah diatas dapat diambil sebuah hikmah bahwa jasa seorang Ibu tidak dapat dibalas dengan jas anak terhadap dirinya. Walaupun sang anak sudah berusaha membalasnya dengan cara mengurusinya. Terlebih-lebih bagi anak yang enggan mengurusi orangtuanya yang sudah beranjak tua.

Demikianlah Islam memuliakan kedudukan orangtua dihadapan anaknya. ‘Abdullah ibnu Umar telah menceritakan suatu riwayat bahwasanya Rasulullah saw. Pernah bersabda : "Keridhoan Rabb terletak pada keridhoan kedua orangtua, dan kemurkaan Rabb terletak pada kemurkaan kedua orangtua". (HR. Turmudzi ).

Barangsuapa yang membuat ridhla kedua orangtuanya, berarti ia telah mendapat keridhoan Allah. Yang demikian itu adalahperisai dunia yang dapat memasukkan kedua orangtuanya ke surga.

Disadur dari:
Kepada Anakku Selamatlknalah Akhlakmu, Muhammad Syakir
Kewajiban dan hak Ibu, Ayah dan anak, Ahmad 'Isa 'Asyur.


BERBOHONG EMANG EMPUK TAPI SUSAH UNTUK TIDAK BERBOHONG

Saat ini Kejujuran sulit di dapati, mungkin karena banyak dari kita yang
kurang menghargainya, Kita lihat saat ini pemimpin sering tidak jujur dalam
penyelenggaraan negara sehingga merugikan kita sebagai rakyatnya, Pedagang
berbohong kepada Pembeli sehingga sering mengecewakan pembeli, pendidik
sering menggunakan kata-kata yang tidak benar dalam mendidik, sehingga akan
timbul generasi yang mengutamakan ketidak benaran.

Kenapa sih manusia itu suka berbohong? karena berbohong itu mudah, karena
dengan berbohong dia bisa menutupi kelemahan atau kekuranganya, Karena
dengan berbohong seseorang terhindar dari hukuman atau terhindar kelihatan
kekurangan atas dirinya. Tapi apakah kebohongan itu akan kekal dan membawa
bahagia, Saya yakin kebohongan tidak akan membawa kebahagian dalam hidup,
mungkin dengan berbohong anda selamat hari ini, tapi anda akan terus
dihantui rasa bersalah seumur hidup anda dimana anda takut kalau kebohongan
yang anda buat terbongkar, apa lagi kalau hal itu menyangkut hal yang besar,
mungkin anda takut hal tersebut bisa berakibat Fatal.

Adakah yang namanya bohong baik, banyak orang yang mengatakan bahwa dia
terpaksa berbohong untuk kebaikan, tapi menurut saya sekali berbohong tetap
berbohong, tidak ada namanya bohong yang baik, mungkin akan lebih baik kita
mengungkapkan suatu kebenaran walau kebenaran itu memang sulit dan pahit,
tetapi anda telah berjiwa besar, untuk melakukanya dan anda tidak harus
menutupi kebohongan seumur hidup anda.

Perlu diingat sekali kita berbohong itu tidak akan cukup, kenapa, karena
sekali berbohong tentang suatu hal pasti kita akan merambat ke hal-hal yang
lain, jadi mau tidak mau pasti kita akan terus berbohong, mau kah kita hidup
dalam kebohongan satu ke kebohongan yang lain. Kalau saya mengatakan tidak
mau, katakan salah itu salah dan benar itu benar, tidak ada daerah abu-abu.
kecuali orang yang berfikir tidak baik selalu melihat daerah abu-abu untuk
tujuan tidak benar.

Kejujuran adalah bahasa universal, agama apa pun, di tanah mana pun kita
berdiri, dan di waktu kapan pun kejujuran tetap berlaku. Namun nampaknya
keuniversalan tersebut semakin teralienasi, dimana justru saat ini yang
lebih sering dianggap biasa dan lumrah adalah ketidakjujuran. Di kantor,
rumah, persahabatan, rumah tangga semakin mudah ditemui warna-warna dusta
dengan berbagai ragam dan bentuknya. Dan justru pula disaat yang sama,
kejujuran menjadi barang langka dan seringkali dianggap aneh untuk kita
semua.

Pernah ingat nasihat orang tua saat kita kecil, pasti kita pernah mendengar
orang tua menasehati supaya harus menjadi orang yang jujur. Dalam mendidik
dan memotivasi supaya seorang anak menjadi orang yang jujur, kerap kali
dikemukakan bahwa menjadi orang jujur itu sangat baik, akan dipercaya orang,
akan disayang orang tua, dan bahkan mungkin sering dikatakan bahwa kalau
jujur akan disayang/dikasihi oleh Tuhan. terkadang terlontar pikiran nakal,
bagaimana orang tua menasihati anak untuk jujur sedangkan orang tua tidak
jujur dalam kehidupan pribadinya... kita mengajarkan jujur tetapi kita
sendiri berbohong....

Dalam kehidupan sehari-hari, saya sering melihat (bahkan juga ikut terlibat)
dalam berbagai macam bentuk aktivitas interaksi sosial dimasyarakat, yang
justru kebanyakannya adalah wujud realisasi dari sikap tidak jujur dalam
skala yang sangat bervariasi, seperti:

Sering terjadi, orang tua bereaksi spontan saat melihat anaknya terjatuh dan
berkata "Oh, tidak apa-apa! Anak pintar, enggak sakit, kok! Jangan nangis,
yah!". Menurut saya, dalam hal ini secara tidak langsung si-anak diajarkan
dan dilatih kemampuan untuk dapat "berbohong", menutup-nutupi perasaannya
(sakit) hanya karena suatu kepentingan (supaya tidak menangis). mungkin
seharusnya orang tua berkata "jangan menangis ya, sakit itu wajar nanti kita
obati agar lekas sembuh" agar kita mengjarkan kejujuran kepada anak kita.

Selain itu saya juga sering melihat dan mengalami kejadian seperti: Saat
seseorang bertamu kerumah orang lain, ketika ditanya: " Sudah makan,
belum?", walaupun saya yakin tawaran sang tuan rumah "serius" biasanya
dengan cepat saya akan menjawab "Oh, sudah!! Kita baru saja makan ", padahal
sebenarnya saya belum makan. mungkin kita bisa menjawab "Saya tidak lapar,
atau oh Nanti saja dirumah" kita cenderung berbohong untuk hal remeh seperti
ini bagaimana kita membiasakan jujur untuk hal besar, kalau hal kecil saja
kita berbohong

Dalam lingkungan usaha / dagang, kejujuran sering disebut-sebut sebagai
modal yang penting untuk mendapatkan kepercayaan. Akan tetapi sangat
kontroversial dan lucunya kok dalam setiap transaksi dagang itulah justru
banyak sekali kebohongan yang terjadi. Sebuah contoh saja: penjual yang
mengatakan bahwa dia menjual barang "tanpa untung" atau "bahkan rugi" hampir
bisa diyakini pasti bohong. mungkin pedagang bisa berkata, "maaf pak
harganya sekian saya beli, mungkin bapak mau kasih saya berapa, atau mungkin
tidak berkata apa-apa lebih baik dari pada harus berbohong.

Pernah membayangkan juka hidup di dunia ini tidak ada bohong Maka
dibayangkan pasti ketika tidak ada kebohongan maka akan tidak ada perusahaan
yang dirugikan oleh kecurangan pegawainya, negara tidak bangkrut karena ulah
para koruptor kelas kakap, tak ada keretakan rumah tangga karena senantiasa
terlindung oleh bingkai kejujuran, tidak ada pengkhianatan, tidak ada
kemunafikan, tidak ada bencana besar yang timbul akibat satu bentuk
ketidakjujuran yang terlalu sering dianggap sepele. Maka juga, bisa
dipastikan hari itu adalah hari yang sangat dirindukan oleh kita semua.
mungin tidak ya.. berharap itu semua bisa terjadi.... Dan saya akan
mengucapkan Terimaksih untuk tidak berbohong, kepada orang yang jujur.
"
... mudah- mudah kita semua diberikan kemudahan untuk selalu jujur

Rabu, 22 Oktober 2008

SEDEKAH DAN INFAK ITU MURAH ,TAPI BERAT

Barangkali kita pernah membaca artikel bahwa uang Rp 50 ribu terasa ‘ringan’ di mall tapi ‘berat’ jika berada di masjid. Ungkapan di atas tidak salah, bahkan terasa sangat menohok bagi kaum muslim. Mengapa aku katakan menohok? Karena, semestinya seorang muslim tidaklah perlu ragu dan takut untuk mengeluarkan BERAPAPUN uang untuk bersedekah dan berinfaq.

Aku sendiri, terus terang, terkadang masih ragu dan berat untuk mengeluarkan Rp 100 ribu untuk dimasukkan ke dalam kotak amal. Hanya pada event/acara khusus aku memasukkan lembaran merah itu, misalnya seperti saat Idul Adha, Idul Fitri, atau ada pengajian khusus. *termenung sedih*

Jika aku berani jujur, nampaknya aku masih belum bisa ikhlas untuk sepenuhnya mendedikasikan hartaku untuk agama. Masih terlalau banyak pertimbangan yg aku lakukan sebelum mengeluarkan uang. Meski seringkali aku berusaha usir kekhawatiran ini, namun seringkali pula aku ‘kalah’ melawan hal ini.

Aku hanya berharap, jangan sampai aku terkena penyakit cinta dunia. Hal ini dikarenakan jika sudah terkena penyakit cinta dunia, bisa dipastikan cinta harta dan takut mati akan hinggap di dalam diriku. Dan ini jelas merupakan ancaman dan sinyal yang sudah berada di tahap yg ‘mengerikan’, karena ini berarti aku sudah terperangkap dalam jebakan setan sebagaimana yg sudah diingatkan Rasululloh SAW lebih dari 14 abad yg lalu.

Untuk menghilangkan cinta dunia dan takut mati, tentu ada caranya. Perbanyak ibadah, pelajari agama dengan baik, dekatkan diri (dan banyak bergaul) dengan orang2 berilmu (agama), berikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain, dan yang terlebih penting..PERBANYAK DAN BIASAKAN SEDEKAH DAN INFAQ! Yakinlah bahwa sedekah itu bermanfaat!

Karenanya, aku begitu iri dengan keberanian para sahabat di jaman Rasululloh SAW dan orang2 yang berani mengeluarkan hartanya di jalan ALLOH SWT. Mereka tanpa ragu mengeluarkan jutaan, puluhan juta, ratusan juta, bahkan semua hartanya demi agama Islam. Mereka begitu yakin dengan tindakan mereka. Keyakinan ini tentu saja tidak mungkin muncul begitu saja, namun gemblengan dan bimbingan agama yg terus menerus-lah yang bisa menumbuhkan keyakinan ini.

Nah, melalui artikel ini, aku mengajak anda semua untuk kembali banyak belajar agama, mendekatkan diri pada ALLOH SWT, bermanfaat bagi orang banyak, dan akhirnya memperbanyak sedekah dan infaq. Tidak ada kata terlambat untuk berbuat kebajikan.

Hampir lupa, sedekah dan infaq itu murah sebenarnya. Tidak perlu uang Rp 100 ribu untuk bersedekah dan berinfaq, uang Rp 500 atau Rp 1000 juga bisa digunakan untuk bersedekah. Banyak senyum yg tulus kepada sesama, bisa menjadi sedekah.

Yang aku tekankan di sini adalah sedekah dg nominal yg ‘relatif besar’ (lebih dari Rp 20 ribu) akan terasa berat (dan mahal) jika kita tidak biasakan diri dengan sedekah yg nominal kecil terlebih dahulu.

Betapa mudah kita menghabiskan uang lebih dari Rp 20 ribu untuk makan di restoran cepat saji, namun kita begitu sulit memasukkan Rp 20 ribu ke kotak amal, karena kita senantiasa beranggapan uang Rp 20 ribut itu lebih ‘layak’ digunakan untuk makan di dunia daripada mempersiapkan diri di akhirat kelak.

Untuk menjadikan sedekah dan infaq itu murah, anggap saja kita nabung untuk keperluan kita di akhirat kelak.

Sementara, sedekah dan infaq akan terasa ringan jika kita sudah terbiasa. Karena itu, aku tulis di atas, biasakan diri kita untuk mulai sedekah dg nominal yg ‘murah’/kecil. Insya ALLOH lama kelamaan kita akan semakin terbiasa dan tidak merasa berat lagi untuk bersedekah dg nominal yg lebih besar.

Jadi, apakah sedekah itu masih mahal dan berat?

KETIKA TAWAKAL DISALAH ARTIKAN

Tawakal adalah sebuah kata yg cukup akrab di telinga kita, terutama karena tawakal ini cukup sering dilontarkan para khatib Jum’at dalah khutbah2 mereka. Bahkan, tawakal sudah menjadi kosa kata dalam percakapan sehari-hari.

“Sudah bu, tawakal saja…”
“Yg tawakal ya pak?”
*dan masih banyak percakapan sejenis lainnya*

Sebenarnya, apakah tawakal itu? Jangan-jangan pemahaman tawakal kita selama ini salah karena kita cenderung mencari mudahnya saja? Atau malahan kita sama sekali tidak mengerti apa itu tawakal?

Tawakal, berdasar penuturan Rasululloh SAW, adalah BERSERAH DIRI KEPADA ALLOH SWT SETELAH SEBELUMNYA BERIKHTIAR DAN BERUSAHA SEMAKSIMAL MUNGKIN.

Sebuah kisah yg menunjukkan arti tawakal, saya cukil dari sebuah hadits riwayat Ibnu Hibban. Seorang sahabat hendak beribadah, namun tidak mengikat untanya. Ketika Rasululloh SAW menegurnya, sang sahabat menjawab bahwa dia bertawakal kepada ALLOH SWT. Lantaran jawaban itu, Rasululloh SAW menjawab,”IKATLAH unta itu, baru bertawakal kepada ALLOH SWT.”

Tawakal semodel ini berarti tawakal yg mempunyai hubungan sebab akibat.

Sementara itu, ada juga tawakal ‘jenis’ lain, yakni kebalikan tawakal di atas, tawakal tanpa sebab akibat. Contoh dari tawakal ini adalah kematian atau musibah.

Untuk tawakal jenis kedua, tentu saja kita tidak bisa menghindar atau menyalahkan orang lain (apalagi kepada ALLOH SWT) atas kejadian yg kita alami. Terlebih misalnya, rumah kita kebakaran akibat kecerobohan tetangga kita. Di saat seperti inilah, tawakal mesti dilakukan.

Ucapkan “Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.” disertai dengan penghayatan yg sungguh2 sehingga keikhlasan akan menyelimuti batin kita.

Celakanya, masyarakat kita cenderung salah memahami tawakal. Tawakal yg seharusnya terkait sebab akibat dianggap sebagai tanpa sebab akibat. Akibatnya jelas, masyarakat kita mempunyai mental yg parah.

Contoh dari salah memahami tawakal:
“Ah, saya sudah miskin…tawakal saja saya sih.”

“Besok saja hendak ujian nih.”
“Sudah belajar?”
“Tidak…saya kan tawakal kepada ALLOH SWT.”

“Pak, kita punya hutang. Kapan kita mau bayar?”
“Sebentar…saya hendak berdoa kepada ALLOH SWT dulu. Minta petunjuk.”
*usai berdoa*
“Bagaimana pak, kapan kita lunasi hutang?”
“Saya bertawakal saja kepada ALLOH SWT.”
“Lho, jadi ga kerja cari uang?”
“Lha, saya kan sudah bertawakal?”

Demikianlah secuplik dialog yg terjadi di masyarakat kita. Anda mungkin tahu dialog2 di atas, baik yg mirip ataupun bahkan sama persis. Atau barangkali anda sendiri termasuk di antaranya?

Saudara-saudaraku, kesalahan memahami tawakal seperti yg terjadi di atas itu, yg membuat kita tidak pernah bisa maju. Padahal masyarakat muslim merupakan mayoritas di negeri ini, padahal Islam mengajarkan kemajuan (progresivitas), namun itu semua tidak nampak dan seakan tidak pernah ada.

Lantas, apa yg mesti kita lakukan?

Pertama, apabila ada suatu persoalan, kita cermati dahulu. Apakah persoalan ini termasuk yg ada sebab akibat, ataukah memang yg benar2 tidak ada kaitan sebab akibat?

Kedua, jika memang termasuk persoalan tanpa sebab akibat, maka sudah selayaknya kita benar2 berserah kepada ALLOH SWT. Sebaliknya, jika persoalannya adalah persoalan ‘duniawi’, maka KITA WAJIB BERIKHTIAR.

Ketiga, selama kita berikhtiar, iringi ikhtiar kita dengan doa. Panjatkan doa-doa yg menunjang. Misalnya kita berikhtiar mencari rejeki, maka iringi dengan doa minta rejeki yg halal dan banyak. Jika ikhtiar mendapatkan keturunan, maka perbanyak doa Nabi Zakaria as dan Nabi Ibrahim as, selain berusaha dengan melakukan hubungan suami istri dengan sehat.

Keempat, yg terakhir, setelah poin 1-3 sudah kita kerjakan, nah…barulah kita bertawakal. Serahkan semuanya pada ALLOH SWT. Karena DIA-lah yg berhak menentukan apakah semua ikhtiar dan doa kita akan dikabulkan. Jika belum dikabul, jangan menyerah untuk berdoa, karena doa merupakan salah satu senjata kaum Muslim.

PUASA SYAWAL

alhamdulillah…ALLOH SWT masih memberikan umur pada qt, sehingga qt masih bisa hidup di bulan Syawal ini. Bulan Ramadhan, bulan yg penuh rahmat, telah berlalu…namun itu bukan berarti qt tidak bisa beramal dan beribadah lagi. Nilainya mungkin tidak sebesar bulan Ramadhan, namun sesungguhnya fase setelah Ramadhan jauh lebih besar tantangan dan hambatan. Insya ALLOH jika qt berhasil, maka pada saat bertemu lagi dg Ramadhan, kualitas ibadah qt akan lebih baik karena sudah terbiasa mengamalkannya selama 11 bulan.

Oke, selesai pembukaannya ;) Kini aku akan tampilkan artikel ttg PUASA SYAWAL, agar rangkaian ibadah qt tidak terputus… :)

Dalil puasa Syawal adalah:

Dari Abu Ayyub rodhiyallahu anhu:
“Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Siapa yang berpuasa Ramadhan dan melanjutkannya dengan 6 hari pada Syawal, maka itulah puasa seumur hidup’.”
[Riwayat Muslim 1984, Ahmad 5/417, Abu Dawud 2433, At-Tirmidzi 1164]

Riwayat lain:
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari bulan Syawal maka seakan-akan ia berpuasa setahun.”

Hukumnya adalah sunnah:
“Ini adalah hadits shahih yang menunjukkan bahwa berpuasa 6 hari pada Syawal adalah sunnah. Asy-Syaafi’i, Ahmad dan banyak ulama terkemuka mengikutinya. Tidaklah benar untuk menolak hadits ini dengan alasan-alasan yang dikemukakan beberapa ulama dalam memakruhkan puasa ini, seperti; khawatir orang yang tidak tahu menganggap ini bagian dari Ramadhan, atau khawatir manusia akan menganggap ini wajib, atau karena dia tidak mendengar bahwa ulama salaf biasa berpuasa dalam Syawal, karena semua ini adalah perkiraan-perkiraan, yang tidak bisa digunakan untuk menolak Sunnah yang shahih. Jika sesuatu telah diketahui, maka menjadi bukti bagi yang tidak mengetahui.”
[Fataawa Al-Lajnah Ad-Daa’imah lil Buhuuts wal Ifta’, 10/389]

Hal-hal yang berkaitan dengannya adalah:

1. Tidak harus dilaksanakan berurutan.
“Hari-hari ini (berpuasa Syawal-) tidak harus dilakukan langsung setelah ramadhan. Boleh melakukannya satu hari atau lebih setelah ‘Id, dan mereka boleh menjalankannya secara berurutan atau terpisah selama bulan Syawal, apapun yang lebih mudah bagi seseorang. … dan ini (hukumnya-) tidaklah wajib, melainkan sunnah.”
[Fataawa Al-Lajnah Ad-Daa’imah lil Buhuuts wal Ifta’, 10/391]

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:
“Shahabat-shahabat kami berkata: adalah mustahab untuk berpuasa 6 hari Syawal. Dari hadits ini mereka berkata: sunnah mustahabah melakukannya secara berurutan pada awal-awal Syawal, tapi jika seseorang memisahkannya atau menunda pelaksanaannya hingga akhir Syawal, ini juga diperbolehkan, karena dia masih berada pada makna umum dari hadits tersebut. Kami tidak berbeda pendapat mengenai masalah ini dan inilah juga pendapat Ahmad dan Abu Dawud.”
[Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab]

Bagaimanapun juga bersegera adalah lebih baik:
Berkata Musa: ‘Itulah mereka telah menyusul aku. Dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Rabbi, supaya Engkau ridho kepadaku. [ThooHaa: 84]

2. Tidak boleh dilakukan jika masih tertinggal dalam Ramadhan
“Jika seseorang tertinggal beberapa hari dalam Ramadhan, dia harus berpuasa terlebih dahulu, lalu baru boleh melanjutkannya dengan 6 hari puasa Syawal, karena dia tidak bisa melanjutkan puasa Ramadhan dengan 6 hari puasa Syawal, kecuali dia telah menyempurnakan Ramadhan-nya terlebih dahulu.”
[Fataawa Al-Lajnah Ad-Daa’imah lil Buhuuts wal Ifta’, 10/392]

So, mumpung masih pada ‘anget’ baru puasa Ramadhan, kenapa tidak diteruskan dg puasa Syawal?? ;)

MEMINTA DAN MENCINTA

Aku masih menekuri buku yang aku baca "kisah-kisah" sufi.suatu titik dimana cinta tak lagi dibatasi dengan badani, cinta bahkan lebih mencapai ruhani jika harus mencinta sang Maha Pencinta.pernah suatu ketika teringat kata-kata "Berdoa..berdoaa.. dan berdoaaaa... jika kamu butuh sesuatu" dan janji Allah selalu benar. Karena Allah Maha Benar. tapi, sisi lain aku ambil dari buku itu. Allah Maha segalanya, dia mencintai makluknya tanpa pamrih, bahkan begitu pemurahnya Allah. Hingga orang kafirpun diberi kecukupan. betapa tak ada yang menandinginya. lalu kita bertolak pada diri, apa yang telah diberikan untukNya. dan ketika langkah itu semakin jauh untuk menemui cintaNya, semakin kita tidak menginginkan sesuatu. semakin terabaikan apa yang namanya ingin, diri semakin disibukkan untuk bercengkrama dengan Allah, hati semakin disibukkan untuk merinduNya, bibir selalu bergetar memanggilNya, bahkan mata tak cukup kuat untuk mendongak karena terlalu malu sebab begitu diri terpenuhi cintaNya. untuk orang yang sedang mencintai, apa yang lebih bahagia selain dekat dengan yang dicintai. meski seluruh harta terkuras, jika memang untuk yang dicintai , apalah artinya ? semuanya mendatangkan kebahagiaan yang sangat, semuanya indah. ada lirik lagu "sepiring berdua, asal denganmu" itu baru cinta pada maklukNya, yang dengannya kita akan dituntut banyak berkorban. seperti yang terungkap dalam buku venus n mars"cinta bukanlah diberi..diberi...diberi melainkan memberi..memberi...memberi...." sekarang jika kita menemukan cinta yang kita selalu diberi..diberi...diberiii.... bahkan tak memohonpun diberi....bagaimana mungkin hati bisa berpaling!bagaimana mungkin cinta tak kan terpaut dalam. bagaimana kita tak rela untuk berkorban semuanya demi menggapai cinta itu. tapi apalah arti pemberiannya itu jika untuk bersamaNya saja sudah meluapkan kegembiraan yang sangat. apalah artinya barang ciptaannya jika denganNya saja kita sudah merasa sangat cukup bahkan berlebihan. ya ... sisi yang berbeda dari pemahaman sebelumnya. kini maluuu dalam hati bila harus meminta. masih seperti Rabiah dalam buku itu yang selalu berkata "Dia mengetahui apa yang aku butuhkan, kenapa aku harus mengingatkanNya" ...ya semoga bisa mencintai seperti sahabat-sahabatNya... dan bisa ikut dalam barisan kekasihNya. amien.

Sabtu, 27 September 2008

Tadi pagi, seperti biasanya, saya mendengarkan ceramah Subuh yang diasuh A?Agym. Materinya tentang keluarga. Akan tetapi hal yang paling menarik adalah ketika ada penelephon yang menceritakan kehidupannya kepada A? Agym. Ia bercerita bahwa ia sangat bersyukur mempunyai istri seperti sekarang ini. Apakah karena istrinya itu sangat cantik ?, atau punya karir bisnis yang hebat ?, ternyata bukan itu. Jawaannya adalah istrinya itu adalah seorang yang sabar.

Ceritanya, beberapa waktu yang lampau, si Bapak ini adalah seorang penjudi, seringkali keluar malam untuk berjudi, dan tentu saja, kalau tidak pulang terlalu malam, ia akan pulang pagi. Istrinya ternyata hanya menasehatinya saja, tidak marah-marah, menasehati dengan sabar saja. Tak pernah dihiraukan apa kata sang istri, akan tetapi si istri terus saja menasehatinya dengan kata manis dan baik, dan hasilnya sekeras apapun karang itu, toh ternyata hancur juga. Ia menyadarinya dan kembali menjadi suami yang baik, dan dia begitu bersyukur, telah mendapatkan istri yang teramat sabar dalam mengingatkannya.

Sabar yang saya tulis dalam judul itu memang sengaja saya kasih tanda kutip, karena maksud sabar itu adalah penampilan sabar, sebagaimana jika seorang ditanya bagaimana gurumu di sekolah, maka ia akan bilang ?Wah, gurunya sabar bu?. Begitulah arti sabar yang saya maksudkan disini, bukan sabar yang terlalu luas pengertiannya.

Bergaul dengan orang sabar memang begitu enak, saya sendiri merasakan, bagaimana saya lebih dekat dengan orang yang bersifat sabar, daripada yang bersifat angker. Saya begitu menikmati bergaul dengan orang yang sabar daripada orang yang angker. Dan saya fikir, kalau di poling, 100 % orang lebih menyukai orang yang sabar terhadap dirinya.

Ayah saya, meskipun bukan seorang ustadz, dan meskipun banyak kelemahannya, akan tetapi saya merasakan, bahwa ayah saya seorang yang sabar. Inilah yang seringkali menyemangati saya ketika saya ada masalah. Selama ini, kalau saya perhartikan, kok nggak pernah saya merasa di marahi ayah saya, meski nilai saya jeblok, meski rangking saya turun, mungkin beliau hanya mengingatkan saja. Inilah yang membuat saya menjadi ? Sungkan? karenanya. Pernah suatu saat saya begitu frustasi dengan kuliah saya, saya merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan aktifitas perkuliahan di kampus, dan bahkan sayapun sempat punya niat untuk keluar saja. Akan tetapi kalau mengingat ayah saya, ternyata membuat saya bersemangat kembali. Terus terang, saya tidak tega untuk mengecewakannya.

Begitulah, sifat sabar, ternyata akan memukul kesadaran seseorang, sedangkan sifat keras hanya akan memukul emosi seseorang. Paling tidak itulah yang saya rasakan, entah jika orang lain. Suatu saat, ketika ada kesempatan bertemu dengan KH Abdullah Faqih di Langitan Tuban, hati saya menjadi menjadi sejuk, meski kediaman beliau hanya terbuat dari kayu dan tanpa AC. Demikian pula ketika saya bertemu dengan anak beliau Gus Abdullah, saya merasakan kesejukan pula, hanya karena beliau bertutur kata lembut dan sopan. Bahkan pulang dari sana, saya berniat untuk mengubah penampilan saya, dan pernah berubah beberapa hari, meskipun sekarang kambuh lagi seperti aslinya.

Seorang rekan saya dari Jakarta, sehabis sowan kepada beliau, mendadak penampilannya menjadi lain, tambah soleh, sehingga rekan-rekannya heran, kok penampilannya berubah menjadi sholeh ya, menjadi lemah lembut. Tetapi sayang, hanya berlangsung selama lima hari J. Nah, itulah, kelihatannya memang sifat sabar akan lebih bisa diterima hati seseorang.

Namun, kalau saya melihat fenomena dakwah yang ada sekarang, kelihatannya masalah berpenampilan sabar ini semakin diabaikan. Alasan-alasan membela Islam, seringkali dijadikan pembenaran untuk bersikap kasar, beropini ?nylekit? bahkan menyerang pribadi orang lain yang kita anggap menyimpang dari nilai Islam. Alasan-alasan membela Agama Allah telah kita jadikan rujukan untuk menuding-nuding orang dan menghakiminya. Akibatnya, orang akhirnya melihat bahwa orang Islam yang banyak belajar Agama hanya akan menyebabkan mereka berkarakter keras dan semaunya sendiri. Akhirnya orang tak akan melihat, bahwa orang yang menuntut agama menjadikan ia menjadi sosok baik, yang bisa diteladani. Dan orang awam akhirnya menyimpulkan, ?Belajar agama jangan terlalu tinggi-tinggi?. Dan akhirnya pula orang tua pada takut, ketika tiba-tiba melihat anaknya berjilbab lebar dan ikut pengajian. Kenapa ? karena ternyata diakui atau tidak, orang yang banyak belajar agama, seringkali menjadi tidak ?seramah? orang biasa yang belajar agama ala kadarnya. Karena ternyata, banyak orang yang belajar agama bisanya cuman marah-marah menghadapi banyak persoalan yang tidak benar dalam masyarakat.

Saya sendiri sebenarnya takut, jika saya menjadi bagian dari opini publik itu, yang menutupi keramahan Islam dengan sifat-sifat saya selama ini. Karenanya barangkali saya harus lebih belajar untuk bersifat sabar dan ramah.

Wallahu a?lam.

Do'a dikala ragu akan dirinya...:)

Bagi yang sedang bimbang oleh sang kekasih, nih ada do'a yang bagus untuk diamalkan. Selamat Mengamalkan ya....:)

Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
...Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku

Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya

Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....

Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini

----------------------------------------
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
----------------------------------------

Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh

Amin... Ya Rabbal 'Alamin

Proposal Nikah
KADO BUAT YANG MAU DAN SIAP MENIKAH..BARAKALLAHU !! (By : 4121X13)

Latar Belakang

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya cintai dan sayangi, semoga Allah selalu memberkahi langkah-langkah kita dan tidak putus-putus memberikan nikmatNya kepada kita. Amin

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati..sebagai hamba Allah, saya telah diberi berbagai nikmat. Maha Benar Allah yang telah berfirman : "Kami akan perlihatkan tanda-tanda kebesaran kami di ufuk-ufuk dan dalam diri mereka, sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas bahwa Allah itu benar dan Maha Melihat segala sesuatu".

Nikmat tersebut diantaranya ialah fitrah kebutuhan biologis, saling membutuhkan terhadap lawan jenis.. yaitu: Menikah ! Fitrah pemberian Allah yang telah lekat pada kehidupan manusia, dan jika manusia melanggar fitrah pemberian Allah, hanyalah kehancuran yang didapatkannya..Na'udzubillah ! Dan Allah telah berfirman : "Janganlah kalian mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang buruk lagi kotor" (Qs. Al Israa' : 32).

Ibunda dan Ayahanda tercinta..melihat pergaulan anak muda dewasa itu sungguh amat memprihatinkan, mereka seolah tanpa sadar melakukan perbuatan-perbuatan maksiat kepada Allah. Seolah-olah, dikepala mereka yang ada hanya pikiran-pikiran yang mengarah kepada kebahagiaan semu dan sesaat. Belum lagi kalau ditanyakan kepada mereka tentang menikah. "Saya nggak sempat mikirin kawin, sibuk kerja, lagipula saya masih ngumpulin barang dulu," ataupun Kerja belum mapan , belum cukup siap untuk berumah tangga��, begitu kata mereka, padahal kurang apa sih mereka. Mudah-mudahan saya bisa bertahan dan bersabar agar tak berbuat maksiat. Wallahu a'lam.

Ibunda dan Ayahanda tersayang..bercerita tentang pergaulan anak muda yang cenderung bebas pada umumnya, rasanya tidak cukup tinta ini untuk saya torehkan. Setiap saya menulis peristiwa anak muda di� majalah Islam, pada saat yang sama terjadi pula peristiwa baru yang menuntut perhatian kita..Astaghfirullah.. Ibunda dan Ayahanda..inilah antara lain yang melatar belakangi saya ingin menyegerakan menikah.

Dasar Pemikiran

Dari Al Qur��an dan Al Hadits :

  1. �"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (QS. An Nuur (24) : 32).
  2. "Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49).
  3. �Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui�� (Qs. Yaa Siin (36) : 36).
  4. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik (Qs. An Nahl (16) : 72).
  5. Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Qs. Ar. Ruum (30) : 21).
  6. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).
  7. Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali. (Qs. An Nisaa (4) : 1).
  8. Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan reski yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
  9. ..Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja..(Qs. An Nisaa' (4) : 3).
  10. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan yang nyata. (Qs. Al Ahzaab (33) : 36).
  11. Anjuran-anjuran Rasulullah untuk Menikah : Rasulullah SAW bersabda: "Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !"(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.).
  12. Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah (HR. Tirmidzi).
  13. Dari Aisyah, "Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu�� (HR. Hakim dan Abu Dawud). 14.�Jika ada manusia belum hidup bersama pasangannya, berarti hidupnya akan timpang dan tidak berjalan sesuai dengan ketetapan Allah SWT dan orang yang menikah berarti melengkapi agamanya, sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya." (HR. Baihaqi).
  14. Dari Amr Ibnu As, Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya ialah wanita shalihat.(HR. Muslim, Ibnu Majah dan An Nasai).
  15. "Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah� (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim) : a.�Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b.�Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c.�Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram."
  16. "Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud).
  17. Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak (HR. Abu Dawud).
  18. Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain (HR. Abdurrazak dan Baihaqi).
  19. Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan) (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah).
  20. Rasulullah SAW. bersabda : "Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah" (HR. Bukhari).
  21. Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang (HR. Abu Ya��la dan Thabrani).
  22. Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat. (HR. Ibnu Majah,dhaif).
  23. Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka (Al Hadits).

Tujuan Pernikahan

  1. Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
  2. Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
  3. Mewujudkan keluarga Muslim menuju masyarakat Muslim.
  4. Mendapatkan cinta dan kasih sayang.
  5. Ketenangan Jiwa dengan memelihara kehormatan diri (menghindarkan diri dari perbuatan maksiat / perilaku hina lainnya).
  6. Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).
  7. Meluaskan kekerabatan (menyambung tali silaturahmi / menguatkan ikatan kekeluargaan)

Kesiapan Pribadi

  1. Kondisi Qalb yang sudah mantap dan makin bertambah yakin setelah istikharah. Rasulullah SAW. bersabda : ��Man Jadda Wa Jadda�� (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan berhasil melewati rintangan itu).
  2. Termasuk wajib nikah (sulit untuk shaum).
  3. Termasuk� tathhir (mensucikan diri).
  4. Secara materi, Insya Allah siap. ��Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya��� (Qs. At Thalaq (65) : 7)

Akibat Menunda atau Mempersulit Pernikahan

  • Kerusakan dan kehancuran moral akibat pacaran dan free sex.
  • Tertunda lahirnya generasi penerus risalah.
  • Tidak tenangnya Ruhani dan perasaan, karena Allah baru memberi ketenangan dan kasih sayang bagi orang yang menikah.
  • Menanggung dosa di akhirat kelak, karena tidak dikerjakannya kewajiban menikah saat syarat yang Allah dan RasulNya tetapkan terpenuhi.
  • Apalagi sampai bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Rasulullah SAW. bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi mahramnya, karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad) dan "Sungguh kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik, daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya" (HR. Thabrani dan Baihaqi).. Astaghfirullahaladzim.. Na'udzubillahi min dzalik

Namun, umumnya yang terjadi di masyarakat di seputar pernikahan adalah sebagai berikut ini :

  • Status yang mulia bukan lagi yang taqwa, melainkan gelar yang disandang:Ir, DR, SE, SH, ST, dsb
  • Pesta pernikahan yang wah / mahar yang tinggi, sebab merupakan kebanggaan tersendiri, bukan di selenggarakan penuh ketawadhu'an sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. (Pernikahan hendaklah dilandasi semata-mata hanya mencari ridha Allah dan RasulNya. Bukan di campuri dengan harapan ridha dari� manusia (sanjungan, tidak enak kata orang). Saya yakin sekali.. bila Allah ridha pada apa yang kita kerjakan, maka kita akan selamat di dunia dan di akhirat kelak.)
  • Pernikahan dianggap penghalang untuk menyenangkan orang tua.
  • Masyarakat menganggap pernikahan akan merepotkan Studi, padahal justru dengan menikah penglihatan lebih terjaga dari hal-hal yang haram, dan semakin semangat menyelesaikan kuliah.

Memperbaiki Niat :

Innamal a'malu binniyat....... Niat adalah kebangkitan jiwa dan kecenderungan pada apa-apa yang muncul padanya berupa tujuan yang dituntut yang penting baginya, baik secara segera maupun ditangguhkan.

Niat Ketika Memilih Pendamping

Rasulullah bersabda "Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya."(HR. Thabrani).

"Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama". (HR. Ibnu Majah).

Nabi SAW. bersabda : Janganlah kalian menikahi kerabat dekat, sebab (akibatnya) dapat melahirkan anak yang lemah (baik akal dan fisiknya) (Al Hadits).

Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda, ��Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama." (HR. Muslim dan Tirmidzi). Niat dalam Proses Pernikahan

Masalah niat tak berhenti sampai memilih pendamping. Niat masih terus menyertai berbagai urusan yang berkenaan dengan terjadinya pernikahan. Mulai dari memberi mahar, menebar undangan walimah, menyelenggarakan walimah. Walimah lebih dari dua hari lebih dekat pada mudharat, sedang walimah hari ketiga termasuk riya'. "Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan."(Qs. An Nisaa (4) : 4).

Rasulullah SAW bersabda : "Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya" (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih). Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW. telah bersabda, "Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)" (HR. Ahmad). Nabi SAW pernah berjanji : "Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya." (HR. Ashhabus Sunan). Dari Anas, dia berkata : " Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya" (Ditakhrij dari An Nasa'i)..Subhanallah..

Proses pernikahan mempengaruhi niat. Proses pernikahan yang sederhana dan mudah insya Allah akan mendekatkan kepada bersihnya niat, memudahkan proses pernikahan bisa menjernihkan niat. Sedangkan mempersulit proses pernikahan akan mengkotori niat. "Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing." (HR. Bukhari dan Muslim)

Pernikahan haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang dimaksud Lillah, ialah niat nikah itu harus karena Allah. Proses dan caranya harus Billah, sesuai dengan ketentuan dari Allah.. Termasuk didalamnya dalam pemilihan calon, dan proses menuju jenjang pernikahan (bersih dari pacaran / nafsu atau tidak). Terakhir Ilallah, tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah.

Sehingga dalam penyelenggaraan nikah tidak bermaksiat pada Allah ; misalnya : adanya pemisahan antara tamu lelaki dan wanita, tidak berlebih-lebihan, tidak makan sambil berdiri (adab makanan dimasyarakat biasanya standing party-ini yang harus di hindari, padahal tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang demikian), Pengantin tidak disandingkan, adab mendo'akan pengantin dengan do'a : Barokallahu laka wa baroka 'alaikum wa jama'a baynakuma fii khoir.. (Semoga Allah membarakahi kalian dan melimpahkan barakah kepada kalian), tidak bersalaman dengan lawan jenis, Tidak berhias secara berlebihan ("Dan janganlah bertabarruj (berhias) seperti tabarrujnya jahiliyah yang pertama" - Qs. Al Ahzab (33),

Meraih Pernikahan Ruhani

Jika seseorang sudah dipenuhi dengan kecintaan dan kerinduan pada Allah, maka ia akan berusaha mencari seseorang yang sama dengannya. Secara psikologis, seseorang akan merasa tenang dan tentram jika berdampingan dengan orang yang sama dengannya, baik dalam perasaan, pandangan hidup dan lain sebagainya. Karena itu, berbahagialah seseorang yang dapat merasakan cinta Allah dari pasangan hidupnya, yakni orang yang dalam hatinya Allah hadir secara penuh. Mereka saling mencintai bukan atas nama diri mereka, melainkan atas nama Allah dan untuk Allah.

Betapa indahnya pertemuan dua insan yang saling mencintai dan merindukan Allah. Pernikahan mereka bukanlah semata-mata pertemuan dua insan yang berlainan jenis, melainkan pertemuan dua ruhani yang sedang meniti perjalanan menuju Allah, kekasih yang mereka cintai. Itulah yang dimaksud dengan pernikahan ruhani. KALO KITA BERKUALITAS DI SISI ALLAH, PASTI YANG AKAN DATANG JUGA SEORANG (JODOH UNTUK KITA) YANG BERKUALITAS� PULA (Al Izzah 18 / Th. 2)

Penutup

"Hai, orang-orang beriman !! Janganlah kamu mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah kepada kamu dan jangan kamu melampaui batas, karena Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas." (Qs. Al Maidaah (5) : 87).

Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Qs. Alam Nasyrah (94) : 5- 6 ).

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya sayangi dan saya cintai atas nama Allah.. demikanlah proposal ini (secara fitrah) saya tuliskan. Saya sangat berharap Ibunda dan Ayahanda.. memahami keinginan saya. Atas restu dan doa dari Ibunda serta Ayahanda..saya ucapkan "Jazakumullah Khairan katsiira". "Ya Allah, jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan dan jadikan barokah apa-apa yang telah Engkau takdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa-apa yang engkau tunda dan menunda apa-apa yang Engkau segerakan.. YA ALLAH BERILAH PAHALA DALAM MUSIBAHKU KALI INI DAN GANTIKAN UNTUKKU YANG LEBIH BAIK DARINYA.. Amiin"

====================================
Dedicated to : My inspiration .... yang pernah singgah dan menghuni "hati" ...Astaghfirullah !! Saat langkah ada didunia maya, tak menapak di bumi-Nya..Lalu, kucoba atur gelombang asa..Robbi kudengar panggilanMu tuk meniti jalan RidhoMu.. Kuharap ada penolong dari hambaMu meneguhkan tapak kakiku di jalan-Mu dan menemani panjangnya jalan dakwah yang harus aku titi.. " Saat Cinta dan Rindu� tuk gapai Syurga dan Syahid di jalanNya makin membuncah.."
====================================

Maraji / Referensi :

  1. Majalah Ishlah, Edisi Awal Tahun 1995.
  2. Fiqh Islam, H. Sulaiman Rasyid, 1994, Cet. 27, Bandung, Sinar Baru Algesindo.
  3. Fikih Sunnah 6, Sayyid Sabiq, 1980, cet. 15, Bandung, Pt. Al Ma'arif.
  4. Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Muhammad Faudzil Adhim, 1998, Yogyakarta, Mitra Pustaka.
  5. Indahnya Pernikahan Dini, Muhammad Faudzil Adhim, 2002, Cet. 1, Jakarta, Gema Insani Press.
  6. Rintangan Pernikahan dan Pemecahannya, Abdullah Nashih Ulwan, 1997, Cet. 1, Jakarta, Studia Press.
  7. Perkawinan Masalah Orang muda, Orang Tua dan Negara, Abdullah Nashih Ulwan, 1996, Cet. 5, Jakarta, Gema Insani Press.
  8. Kebebasan Wanita, jilid 1, 5, 6, A.H.A. Syuqqah, 1998, Cet.1, Jakarta, Gema Insani Press
  9. Sulitnya Berumah Tangga, Muhammad Utsman Al Khasyt, 1999, Cet. 18, Jakarta, Gema Insani Press.
  10. Majalah Cerdas Pemuda Islam Al Izzah, Wahai Pemuda, Menikahlah, No. 17/Th. 2 31 Mei 2001, Jakarta, YPDS Al Mukhtar.
KISAH POHON APEL

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan,� yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Cinta Seorang Ibu


Wanita itu sudah tua, namun semangat perjuangannya tetap menyala seperti wanita yang masih muda. Setiap tutur kata yang dikeluarkannya selalu menjadi pendorong dan bualan orang disekitarnya. Maklumlah, ia memang seorang penyair dua zaman, maka tidak kurang pula bercakap dalam bentuk syair. Al-Khansa bin Amru, demikianlah nama wanita itu. Dia merupakan wanita yang terkenal cantik dan pandai di kalangan orang Arab. Dia pernah bersyair mengenang kematian saudaranya yang bernama Sakhr :

"Setiap mega terbit, dia mengingatkan aku pada Sakhr, malang. Aku pula masih teringatkan dia setiap mega hilang dii ufuk barat Kalaulah tidak kerana terlalu ramai orang menangis di sampingku ke atas mayat-mayat mereka, nescaya aku bunuh diriku."
Setelah Khansa memeluk Islam, keberanian dan kepandaiannya bersyair telah digunakan untuk menyemarakkan semangat para pejuang Islam. Ia mempunyai empat orang putera yang kesemuanya diajar ilmu bersyair dna dididik berjuang dengan berani. Kemudian puteranya itu telah diserahkan untuk berjuang demi kemenangan dan kepentingan Islam. Khansa telah mengajar anaknya sejak kecil lagi agar jangan takut menghadapi peperangan dan cabaran.

Pada tahun 14 Hijrah, Khalifah Umar Ibnul Khattab menyediakan satu pasukan tempur untuk menentang Farsi. Semua Islam dari berbagai kabilah telah dikerahkan untuk menuju ke medan perang, maka terkumpullah seramai 41,000 orang tentera. Khansa telah mengerahkan keempat-empat puteranya agar ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu. Khansa sendiri juga ikut ke medan perang dalam kumpulan pasukan wanita yang bertugas merawat dan menaikkan semangat pejuan tentera Islam. Dengarlah nasihat Khansa kepada putera-puteranya yang sebentar lagi akan ke medan perang,


"Wahai anak-anakku! Kamu telah memilih Islam dengan rela hati. Kemudian kamu berhijrah dengan sukarela pula. Demi Allah, yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya kamu sekalian adalah putera-putera dari seorang lelaki dan seorang wanita. Aku tidak pernah mengkhianati ayahmu, aku tidak pernah memburuk-burukkan saudara-maramu, aku tidak pernah merendahkan keturuna kamu, dan aku tidak pernah mengubah perhubungan kamu. Kamu telah tahu pahala yang disediakan oleh Allah kepada kaum muslimin dalam memerangi kaum kafir itu. Ketahuilah bahawasaya kampung yang kekal itu lebih baik daripada kampung yang binasa."

Kemudian Khansa membacakan satu ayat dari surah Ali Imran yang bermaksud, "Wahai orang yang beriman! Sabarlah, dan sempurnakanlah kesabaran itu, dan teguhkanlah kedudukan kamu, dan patuhlah kepada Allah, moga-moga menjadi orang yang beruntung." Putera-putera Khansa tertunduk khusyuk mendengar nasihat bonda yang disayanginya.

Seterusnya Khansa berkata, "Jika kalian bangun esok pagi, insya Allah dalam keadaan selamat, maka keluarlah untuk berperang dengan musuh kamu. Gunakanlah semua pengalamanmu dan mohonlah pertolongan dari Allah. Jika kamu melihat api pertempuran semakin hebat dan kamu dikelilingi oleh api peperangan yang sedang bergejolak, masuklah akmu ke dalamnya. Dan dapatkanlah puncanya ketika terjadi perlagaan pertempurannya, semoga kamu akan berjaya mendapat balasan di kampung yang abadi, dan tempat tinggal yang kekal."

Subuh esoknya semua tentera Islam sudah berada di tikar sembahyang masing-masing untuk mengerjakan perintah Allah iaitu solat Subuh, kemudian berdoa moga-moga Allah memberikan mereka kemenangan atau syurga. Kemudian Saad bin Abu Waqas panglima besar Islam telah memberikan arahan agar bersiap-sedia sebaik sahaja semboyan perang berbunyi. Perang satu lawan satu pun bermula dua hari. Pada hari ketiga bermulalah pertempuran besar-besaran. 41,000 orang tentera Islam melawan tentera Farsi yang berjumlah 200,000 orang. Pasukan Islam mendapat tentangan hebat, namun mereka tetap yakin akan pertolongan Allah .

Putera-putera Khansa maju untuk merebut peluang memasuki syurga. Berkat dorongan dan nasihat dari bondanya, mereka tidak sedikit pun berasa takut. Sambil mengibas-ngibaskan pedang, salah seorang dari mereka bersyair,

"Hai saudara-saudaraku! Ibu tua kita yang banyak pengalaman itu, telah memanggil kita semalam dan membekalkan nasihat. Semua mutiara yang keluar dari mulutnya bernas dan berfaedah. Insya Allah akan kita buktikan sedikit masa lagi."

Kemudian ia maju menetak setiap musuh yang datang. Seterusnya disusul pula oleh anak kedua maju dan menentang setiap musuh yang mencabar. Dengan semangat yang berapi-api ia bersyair,

"Demi Allah! Kami tidak akan melanggar nasihat dari ibu tua kami Nasihatnya wajib ditaati dengan ikhlas dan rela hati Segeralah bertempur, segeralah bertarung dan menggempur mush-musuh bersama-sama Sehingga kau lihat keluarga Kaisar musnah."

Anak Khansa yang ketiga pula segera melompat dengan beraninya dan bersyair, "Sungguh ibu tua kami kuat keazamannya, tetap tegas tidak goncang Beliau telah menggalakkan kita agar bertindak cekap dan berakal cemerlang Itulah nasihat seorang ibu tua yang mengambil berat terhadap anak-anaknya sendiri Mari! Segera memasuki medan tempur dan segeralah untuk mempertahankan diri Dapatkan kemenangan yang bakal membawakegembiraan di dalam hati Atau tempuhlah kematian yang bakal mewarisi kehidupan yang abadi."

Akhir sekali anak keempat menghunus pedang dan melompat menyusul abang-abangnya. Untuk menaikkan semangatnya ia pun bersyair,
"Bukanlah aku putera Khansa', bukanlah aku anak jantan Dan bukanlah pula kerana 'Amru yang pujiannya sudah lama terkenal Kalau aku tidak membuat tentera asing yang berkelompok-kelompok itu terjunam ke jurang bahay, dan musnah mangsa oleh senjataku."

Bergelutlah keempat-empat putera Khansa dengan tekad bulat untuk mendapatkan syurga diiringi oleh doa munajat bondanya yang berada di garis belakang. Pertempuran terus hebat. Tentera Islam pada mulanya kebingungan dan kacau kerana pada mulanya tentera Farsi menggunakan tentera bergajah di barisan hadapan, sementara tentera berjalan kaki berlindung di belakang binatang tahan lasak itu. Namun tentera Islam dapat mencederakan gajah-gajah itu dengan memanah mata dan bahagian-bahagian lainnya. Gajah yang cedera itu marah dengan menghempaskan tuan yang menungganginya, memijak-mijak tentera Farsi yang lannya.


Kesempatan ini digunakan oleh pihak Islam untuk memusnahkan mereka. Panglima perang bermahkota Farsi dapat dipenggal kepalanya, akhirnya mereka lari lintang-pukang menyeberangi sungai dan dipanah oleh pasukan Islam hingga air sungai menjadi merah. Pasukan Farsi kalah teruk, dari 200,000 tenteranya hanya sebahagian kecil sahaja yang dapat menyelamatkan diri.

Umat Islam lega. Kini mereka mengumpul dan mengira tentera Islam yang gugur. Ternyata yang beruntung menemui syahid di medan Kadisia itu berjumlah lebih kurang 7,000 orang. Dan daripada 7,000 orang syuhada itu terbujur empat orang adik-beradik Khansa. Seketika itu juga ramailah tentera Islam yang datang menemui Khansa memberitahukan bahawa keempat-empat anaknya telah menemui syahid. Al-Khansa menerima berita itu dengan tenang, gembira dan hati tidak bergoncang. Al-Khansa terus memuji Allah dengan ucapan,

"Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku dengan mensyahidkan mereka, dan aku mengahrapkan darii Tuhanku, agar Dia mengumpulkan aku dengan mereka di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya!"

Al-Khansa kembali semula ke Madinah bersama para perajurit yang masih hidup dengan meninggalkan mayat-mayat puteranya di medan pertempuran Kadisia. Dari peristiwa peperanan itu pula wanita penyair ini mendapat gelaran kehormatan 'Ummu syuhada yang ertinya ibu kepada orang-orang yang mati syahid."